MODUL PARASITOLOGI KLINIK (UPDATE)
PARASITOLOGI KLINIK UPDATE
MUHAMMAD ARIEF FADILLAH
BAB
I
PEMERIKSAAN
FESES SEDIAAN LANGSUNG
A.
Tujuan
Umum
Memahami cara pemeriksaan langsung (sediaan basah) feses untuk diagnosis parasit
B.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pemeriksaan feses cara langsung (Sediaan Basah) dengan larutan garam fisiologis, lugol, eosin atau air
C.
Prinsip Pemeriksaan Feses cara Langsung (Sediaan Basah)
Dalam feses
dapat ditemukan stadium :
Telur dan larva cacing (Nematoda Usus), Vegetatif dan kista (Protozoa)
D.
Materi Capaian Pembelajaran
Feses
mengandung telur cacing Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura,
Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis dan Ancylostoma duodenale / Necator americanus
Feses mengandung sel vegetatif dan kista Entamoeba histolytica, Entamoeba coli dan Giardia lambia
E.
Pemeriksaan
Langsung untuk Identifikasi Protozoa dan Kecacingan
Protozoa usus yang ditemukan dalam tinja dikenal dalam stadium vegetatif
dan kista. Stadium vegetatif harus diperiksa dalam feses segar karena
pergerakan yang khas dapat dilihat jelas. Dalam feses yang sudah tidak segar
lagi stadium vegetatif akan mati dan tidak dapat terlihat lagi pergerakannya.
Sedangkan stadium kista dapat tahan lama dalam feses.
Feses untuk pemeriksaan parasit cacing (Nematoda Usus) sebaiknya juga
diperiksa dalam keadaan segar, pada sampel feses dapat ditemukan stadium telur,
larva bahkan cacing dewasa.
Pada
pemeriksaan mikroskopik feses dapat ditemukan :
a.
Tropozoit dan kista protozoa usus
b.
Telur dan larva cacing
c.
Sel darah merah (menunjukkan adanya ulserasi atau
masalah perdarahan lainnya)
d.
Sel darah putih (Polimorfonuklear Netrofil / PMN menunjukkan
adanya peradangan)
e.
Sel darah putih (Eosinophil menunjukkan adanya respon
imun akibat infeksi parasit)
f.
Makrofag (terdapat pada infeksi bakteri dan parasit)
g.
Kristal Charcot-Leyden (ditemukan bila terjadi
desintegrasi eosinophil)
h.
Jamur (Candida
sp. Dan jamur seperti ragi lainnya)
i.
Sel-sel tanaman (butiran tepung sari / spora jamur
dapat menyerupai beberapa telur cacing / kista protozoa
j.
Serat-serat tanaman / rambut / kapas yang dapat
menyerupai larva cacing.
Pada pemeriksaan feses cara langsung ada 3 teknik yang umum dipakai untuk diagnosis protozoa usus dan nematoda usus yaitu pemeriksaan dengan garam faal (NaCl fisiologis), larutan eosin 2% dan lugol (iodium).
1.
Teknik pemeriksaan feses dengan garam faal (NacL 0,9%)
Cara ini dapat dipakai untuk pemeriksaan stadium
vegetatif dan kista
a)
Alat dan Bahan
1)
Lidi (5 cm)
2)
Kaca benda
3)
Kaca tutup
4)
Pipet tetes
5)
Mikroskop
6)
Larutan garam faal 0,9 %
7)
Feses yang akan diperiksa
b)
Prosedur
1)
Diteteskan 1 tetes garam faal di atas kaca benda yang
bersih dan kering
2)
Diambil sedikit feses dengan sebatang lidi
3)
Diaduk feses dan garam faal sehingga didapat suspensi
yang homogen
4)
Ditutup sediaan dengan kaca tutup secara hati-hati
agar tidak terbentuk gelembung udara
5) Diperiksa sediaan dengan mikroskop dengan perbesaran lemah (10 x 10), bila sudah menemukan parasitnya, pembesaran dapat dibesarkan menjadi (40 x 10).
2. Teknik
Pemeriksaan Feses dengan Eosin 2%
Cara ini
bagus dipakai untuk pemeriksaan stadium vegetatif, kista protozoa dan telur
atau larva cacing.
a)
Alat dan Bahan
1)
Lidi (5 cm)
2)
Kaca benda
3)
Kaca tutup
4)
Pipet tetes
5)
Mikroskop
6)
Larutan eosin 2%
7)
Feses yang akan diperiksa
b)
Prosedur
1)
Diteteskan 1 tetes eosin di atas kaca benda yang
bersih dan kering
2)
Diambil sedikit feses dengan sebatang lidi
3)
Diaduk feses dan eosin sehingga didapat suspensi yang
homogen
4)
Ditutup sediaan dengan kaca tutup secara hati-hati
agar tidak terbentuk gelembung udara
5) Diperiksa sediaan dengan mikroskop pada perbesaran halus (10 x 10), bila sudah ditemukan parasitnya, dapat dibesarkan menjadi (10 x 40)
3.
Teknik Pemeriksaan feses dengan Lugol
Pada teknik ini stadium
vegetatif protozoa menjadi bulat karena mati, sehingga pemeriksaan stadium
vegetatif menjadi sukar dicari. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan stadium
kista atau protozoa dan telur atau larva cacing.
a)
Alat dan bahan
1)
Feses yang akan diperiksa
2)
Lidi (kurang lebih 5 cm) untuk mengambil feses
3)
Kaca objek
4)
Kaca tutup
5)
Air / garam faal / lugol / eosin
b)
Prosedur
Cara pembuatan sediaan lugol sama dengan cara eosin.
Hanya sediaan tidak perlu terlalu tipis.
Teknik pembacaan mikroskop
Gambar 1. Metode pemeriksaan
sediaan basah dengan objektif 10x
F.
Interpretasi Hasil dengan Gambar
Gambarlah
hasil identifikasi pemeriksaan feses secara langsung dengan berbagai larutan.
Larutan :
………………………….
Parasit |
Perbesaran 10 x 40 |
Ascaris
lumbricoides |
Stadium ….. |
Trichuris
trichiura |
Stadium ..... |
Cacing tambang |
Stadium ….. |
Entamoeba
histolytica |
Stadium ….. |
Entamoeba
coli |
Stadium ….. |
Giardia
lambia |
Stadium ….. |
G.
Rangkuman
|
H.
Latihan Soal
|
BAB
II
PEMERIKSAAN FESES CARA KONSENTRASI
A.
Prinsip Menghitung Telur Cacing dengan Metode Kato-Katz
Pada teknik ini digunakan selofan (Cellophane tape) yang telah direndam dalam campuran glisirin dan malacheet green 3%. Celofan digunakan sebagai pengganti kaca tutup. Pada teknik ini telur cacing dapat ditemukan lebih banyak sebab feses yang diperiksa lebih banyak (50 mg) sehingga mudah dihitung untuk mengetahui intensitas infeksi.
1. Tujuan
Umum
Memahami pemeriksaan feses cara konsentrasi untuk diagnosis cacing secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode Kato-Katz
2. Tujuan
Khusus
Mampu mengidentifikasi dan menghitung telur cacing dengan metode Kato-Katz
3. Alat
dan Bahan
a)
Selofan ukuran kurang lebih 2,5 x 3 cm
b)
Larutan untuk memulas selofan yang terdiri atas (100
mL aquades, 100 mL gliserin, 1 mL malacheet green 3% (optional))
c)
Selofan direndam dalam larutan di atas selama 18-24
jam sebelum digunakan
d)
Kawat kasa halus selebar kurang lebih 3x4 cm yang
telah dilobangi bagian tengahnya (diasumsikan isi feses pada lubang karton
setara 50 mg)
e)
Kaca objek
f)
Tutup botol dari karet (untuk meratakan feses pada
selofan)
g)
Kertas saring selebar 10 x 10 cm
h)
Kertas berminyak tidak tembus air selebar 10 x 10 cm
i)
Potongan bambu / lidi
j) Feses yang akan diperiksa
4. Prosedur
a)
Kertas saring diletakkan di atas kertas berminyak di
meja laboratorium
b)
Feses yang akan diperiksa diambil sebanyak banyaknya
dengan lidi dan diletakkan di atas kertas saring
c)
Selanjutnya kawat kasa diletakkan di atas feses
d)
Diambil kaca objek dan diletakkan kertas karton di atas
kaca objek, posisi lubang kertas karton harus berada di tengah kaca objek
e)
Ditekan kawat kasa dengan lidi di atas feses, kemudian
dengan lidi, feses di atas kawat kasa dimasukkan dalam lubang kertas karton
f)
Diisi lubang karton sampai rata dengan permukaan
kertas karton
g)
Selanjutnya diangkat kertas karton dan feses dalam
lubang akan tertinggal di atas kaca objek
h)
Ditutup feses yang ada di atas kaca objek dengan
selofan
i)
Ditekan selofan dengan tutup botol karet untuk
meratakan feses di bawah selofan
j)
Diletakkan sediaan secara terbalik di atas kertas
saring
k)
Dibiarkan sediaan selama 30-60 menit
l) Kemudian dihitung telur cacing, jumlah telur cacing X 1000/50 sama dengan jumlah telur dalam 1 gram feses.
5. Interpretasi
Hasil dan Gambar
Bandingkan hasil perhitungan telur cacing antara
teknik langsung dengan teknik Kato-Katz
Jenis telur |
Pemeriksaan langsung |
Kato-Katz |
Ascaris
lumbricoides |
|
|
Trichuris
trichiura |
|
|
Cacing tambang |
|
|
B.
Prinsip Konsentrasi Feses
Metode Flotasi/ Teknik NaCl Jenuh (Wilis, 1921)
Bila parasit sulit ditemukan pada pemeriksaan pada pemeriksaan langsung
karena jumlah parasitnya sedikit maka dapat dilakukan pemeriksaan secara
konsentrasi dengan metode Flotasi. Metode ini dirancang untuk memisahkan telur
cacing / larva ataupun protozoa dari debris / kotoran pada feses berdasarkan
perbedaan berat jenis. Telur cacing yang berat jenisnya lebih ringan dari
larutan konsentrasinya akan mengapung di atas permukaan larutan. Telur cacing Ascaris lumbricoides tidak dibuahi,
beberapa telur cacing pita dan telur Trematoda yang besar tidak
dikonsentrasikan dengan metode ini, demikian juga dengan tinja yang banyak
mengandung lemak.
1.
Tujuan umum
Memahami pemeriksaan feses cara konsentrasi
2.
Tujuan khusus
Melakukan pemeriksaan feses cara konsentrasi metode Flotasi
3.
Alat dan Bahan
a)
Larutan garam faal jenuh (larutan brine)
b)
Feses yang akan diperiksa
c)
Gelas kimia 30 mL
d)
Sepotong bambu / lidi untuk mengaduk
e)
Tabung reaksi
f)
Kaca objek
g) Kaca tutup
4.
Prosedur
a)
Diisi tabung reaksi dengan larutan brine sampai penuh
b)
Pada gelas kimia dicampurkan setengah sendok teh feses
segar dengan larutan brine (yang ada dalam tabung reaksi) sedikit demi sedikit
sambil diaduk agar tercampur homogen
c)
Dituang kembali seluruh isi gelas kimia kedalam tabung
reaksi sampai penuh. Bagian yang kasar yang terapung pada permukaan larutan
diangkat dengan lidi.
d)
Diletakkan kaca tutup di atas tabung sehingga
menyentuh permukaan larutan
e)
Diamkan 45 menit, setelah itu kaca tutup diambil dan
diletakkan diatas kaca objek
f) Diperiksa di bawah mikroskop
5.
Interpretasi Hasil dengan Gambar
|
C.
Rangkuman
|
D.
Latihan Soal
|
PEMERIKSAAN LARVA HARADA-MORI
A.
Prinsip Metode Modifikasi Biakan Harada-Mori (Kosin, 1973)
Teknik ini dipakai untuk mendeteksi infeksi ringan cacing tambang dan Strongyloides stercoralis. Teknik Harada-Mori berguna untuk diagnosis lab infeksi nematoda yang stadium larvanya ada yang menetas di tanah atau di jaringan. Dengan teknik ini telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring. Pada teknik ini feses yang akan dikultur tidak boleh dimasukkan dalam lemari es karena telur cacing tambang sensitif terhadap suhu dingin sehingga tidak akan melanjutkan perkembangannya.
1.
Tujuan
Umum
Memahami pemeriksaan biakan feses metode modifikasi Harada-mori
2.
Tujuan Khusus
Melakukan pembiakan tinja metode modifikasi Harada-mori
3.
Alat dan Bahan
a)
Tabung Sentrifus
b)
Kantong plastik es mambo yang ujungnya dibuat sempit
dan tertutup
c)
Kertas saring ukuran 25 x 150 mm, yang ujungnya dibuat
runcing dengan cara melipat bagian dasar kantong, kemudian pada bagian lipatas dipanaskan
di atas api kecil sehingga merekat
d)
Akuades
e)
Lidi
f) Feses yang akan diperiksa
4.
Prosedur
a)
Dioleskan feses secukupnya pada bagian tengah kertas
saring
b)
Dimasukkan kertas saring yang sudah dioles tinja
kedalam kantong plastik lebih dulu sehingga ujung kertas masuk kebagian sempit
kantong plastik
c)
Dimasukkan akuades kurang lebih 2 cc ke dalam kantong
plastik sehingga kertas saring yang ada olesan tinja menjadi basah dan air
tertampung dibagian ujung sempit kantong plastik
d)
Ditutup kantong plastik dengan dipanaskan dengan api
e)
Digantungkan dengan kantong plastik dengan penjepit
kertas
f)
Dibiarkan selama 4-7 hari pada suhu kamar
g)
Diperiksa larva dalam air di ujung sempit kantong
plastik
h) Penyerapan air yang terjadi pada kertas saring akan membasahi kertas saring tersebut berikut tinja dan air yang terserap sampai ke puncak kertas saring, akan membawa zat-zat feses yang larut dalam air dan mengendap. Dibagian puncak kertas saring larva yang sudah berkembang menjadi bentuk infektif akan bermigrasi ke bawah dan berkumpul pada dasar cairan sehingga larva dapat dilihat dengan kaca pembesar atau dapat diambil dengan pipet dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
B.
Rangkuman
|
C.
Latihan Soal
|
BAB IV
PEMERIKSAAN ANAL SWAB MODIFIKASI
A.
Prinsip Metode Modifikasi Usap Anus
Cacing betina meletakkan telurnya sekitar perianal (anus) pada malam hari, sehingga spesimen (usap anus) harus diambil pagi hari sebelum pasien mandi atau buang air besar. Seseorang dinyatakan bebas dari infeksi Oksiuriasis apabila sedikitnya dilakukan 4 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
1.
Tujuan
Umum
Memahami cara pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis Oxyuris vermicularis.
2.
Tujuan Khusus
a)
Mampu melakukan pemeriksaan usap anus (anal swab)
b) Mengidentifikasi telur atau cacing Oxyuris vermicularis
3.
Alat dan Bahan
a)
Usap anus (anal swab modifikasi)
Gambar 2. Alat modifikasi anal swab / usap anus
4.
Prosedur
a)
Alat perekat selofan (transparan) direkatkan pada stik
es krim
b)
Selofan dilingkarkan (sisi berperekat kearah luar) di
atas penekan lidah dari kayu
c)
Selofan ditekan yang kuat pada lipatan perianal kanan
dan kiri. Cacing keremi stadium telur yang ada di kulit akan menempel pada
selofan
a)
Ditekan sisi yang lengket pada kaca objek dan
mikroskop digunakan untuk mencari cacing keremi stadium telur.
Catatan : pengambilan harus dilakukan pada pagi hari
sebelum pasien mandi atau bersih-bersih (kamar mandi)
B.
Rangkuman Soal
|
C.
Latihan Soal
|
BAB V
PEMERIKSAAN
FILARIASIS
A.
Pembuatan Sediaan Darah Jari (SDJ) Filariasis dengan Giemsa
Prinsip teknik ini untuk mengidentifikasi mikrofilaria yang beredar
dalam darah sehingga pada teknik ini diperlukan spesimen darah dan karena sifat
periodisitas. Mikrofilaria limfatik di Indonesia bersifat nokturna (malam) maka
pengambilan darahnya harus dilakukan pada malam hari (22.00-24.00).
Pembuatan sediaan darah jari dapat digunakan dengan volume darah 20 µL atau 60 µL dengan pewarnaan Giemsa sebagai pewarnaan standar untuk mikrofilaria. Pewarnaan ini berfungsi untuk melihat bentuk badan mikrofilaria, letak susunan inti badan dan sarung badan yang terwarnai merah atau kepucatan.
1.
Tujuan Umum
a)
Memahami cara diagnosis mikroskopik filariasis sediaan
darah jari
b) Memahami cara diagnosis serologi filariasis
2.
Tujuan Khusus
a)
Mampu membuat sediaan darah jari filarial
b)
Mampu memulas sediaan darah jari filarial dengan
Giemsa
c) Menjelaskan pemeriksaan serologi filariasis
3.
Alat dan Bahan
a)
Kaca objek
b)
Pewarnaan Giemsa
c)
Methanol
d) Darah malam yang akan diperiksa
4.
Prosedur
a)
Pembuatan SDJ 20 µL dan 60 µL
Gambar 3.
Pembuatan SDJ 20 µL dan 60 µL
1)
Dibuat sediaan darah tebal dengan jumlah kira-kira 20
µL
2)
Lebarkan tetesan darah sebesar diameter 1,5 cm dan
keringkan
3)
Setelah kering darah tebal dihemolisis dengan air
sampai warna merah hilang
4)
Setelah itu sediaan darah dikeringkan
5)
Setelah kering, difiksasi dengan methanol 1-2 menit
dan selanjutnya diwarnai dengan larutan Giemsa 15-20 menit
6)
Dicuci sediaan darah dengan air sampai warna kelebihan
hilang (jangan sampai sediaan darahnya terlepas)
7) Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop
5.
Interpretasi Hasil dengan gambar
Gambarlah
hasil identifikasi pemeriksaan filariasis dengan pewarnaan Giemsa
|
B.
Pemeriksaan Serologi Filariasis
Tes ini dilakukan untuk mengatasi kendala pada daerah yang sangat sulit
dijangkau pada malam hari dan mampu mendeteksi adanya mikrofilaria dalam jumlah
yang sedikit atau adanya infeksi tersembunyi (cryptic infection)
1. Brugia Rapid Test
a)
Prinsip pemeriksaan
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi Brugia
malayi dan Brugia timori pada sampel (serum / plasma / whole blood) manusia.
Sebagai marker infeksinya adalah antibodi sub class IgG4 spesifik Brugia malayi dan Brugia timori.
Berdasarkan prinsip imunokromatografi yang terjadi
pada strip membrane nitran selulose, apabila pada sampel terdapat antibodi maka
akan segera bereaksi dengan antigen rekombinan spesifik yang telah dilapisi
pada strip tersebut dan terbentuklah ikatan kompleks antigen-antibodi yang
terlihat dalam bentuk garis pada tes strip tersebut.
Gambar 4. Brugia Rapid Test
b)
Alat dan bahan
1)
Brugia test kit (Strip test + buffernya)
2)
Darah / serum / plasma yang akan diperiksa
c)
Prosedur
1)
Untuk serum / plasma, ditambahkan 25 µL sampel pada
lubang kotak sampel. Sampel akan membasahi strip kearah atas dan dibiarkan
terus sampai mencapai batas garis biru
2)
Untuk darah (whole blood), ditambahkan 35 µL darah
pada lubang kotak sampel. Selanjutnya ditambahkan 1 tetes buffer pada lubang
yang sama. Plasmanya akan merembes kedaerah atas membran dan dibiarkan terus
mengalir sampai mencapai batas garis biru
3)
Ditambahkan 3 tetes buffer pada lubang bulat dibagian
atas strip
4)
Dibaca hasilnya setelah 15 menit. Interpretasi hasil
dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada pada test card.
d)
Interpretasi Hasil dan Gambar
|
2. Bancroftian test
a)
Prinsip Pemeriksaan
Merupakan suatu test imunodiagnostik in-vitro untuk
mendeteksi antigen Wuchereria bancrofti
dalam darah / serum / plasma. Sebagai marker infeksinya adalah antigen Wuchereria bancrofti. Tes ini
menggunakan antibodi antifilarial polyclonal yang dikeringkan dan dapat
mendeteksi antigen W.bancrofti yang
larut dan bersirkulasi di dalam darah manusia yang terinfeksi.
Apabila pada testcard ditambahkan sampel darah/ serum
/ plasma yang mengandung antigen Wuchereria
bancrofti, maka secara imunokromatografi akan terjadi ikatan
antigen-antibodi pada card tersebut yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk
garis pada test trip tersebut.
Gambar 5. Bancroftian test
b)
Alat dan Bahan
1)
Wuchereria
bancrofti test card (the binaxNOW filariasis)
2)
Darah / serum / plasma yang akan diperiksa
c)
Prosedur
Sesuai insert produk The binaxNOW filariasis
1)
Dibuka kartu tes dan diletakkan pada tempat yang datar
2)
Diteteskan 100 µL darah whole blood yang diambil dengan capillary
tube yang mengandung heparin atau
EDTA ke papan sampel berwarna putih di atas papan sampel yang berwarna merah
muda
3)
Ditunggu selama 30 detik sampai 1 menit hingga sampel
mengalir ke papan sampel berwarna pink, sampai papan sampel telah basah
seluruhnya
4)
Dilepaskan penutup perekat yang berada di tepi kartu
5)
Ditutup dan direkatkan kedua sisi kartu
6)
Ditunggu 15 menit untuk membaca hasil
7)
Interpretasi hasil dilakukan sesuai dengan petunjuk
yang ada pada kartu tes.
d)
Interpretasi Hasil dan Gambar
|
C.
Rangkuman Soal
|
D.
Latihan Soal
|
BAB VI
PEMERIKSAAN FESES
TEKNIK KONSENTRASI PROTOZOA
A.
Prinsip Konsentrasi Tinja Metode Sedimentasi (Eter-Formalin)
Teknik ini dilakukan untuk mendeteksi parasit dengan jumlah sedikit yang mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan langsung. Metode ini dirancang untuk memisahkan telur cacing/larva ataupiun protozoa dari debris/kotoran pada tinja berdasarkan perbedaan berat jenis. Pada metode sedimentasi melalui sentrifugasi telur cacing / larva / protozoa akan berada pada lapisan sedimen di dasar tabung sedangkan debris tinja atau lemak akan mengambang pada bagian atas tabung (pada lapisan eter).
1. Tujuan umum
Memahami pemeriksaan tinja cara konsentrasi
2. Tujuan khusus
Melakukan pemeriksaan tinja cara konsentrasi metode sedimentasi
3. Alat dan bahan
a)
Tinja setengah sendok teh
b)
Formalin 10% sebanyak 10 mL
c)
Etil eter (dapat diganti etil asetat)
d)
Larutan garam faal
e)
Gelas kimia 100 mL
f)
Tabung sentrifus 15 mL
g)
Batang pengaduk
h) Kain kassa 2 lapis (diletakkan diatas corong)
4. Prosedur
a)
Dicampurkan setengah (sendok teh) tinja segar dengan
10 mL formalin 10% pada gelas kimia, aduk 30 menit agar tercampur adekuat
b)
Disaring dengan kain kasa campuran tinja ke dalam
tabung sentrifus 15 mL
c)
Ditambahkan larutan garam faal hingga hamper mencapai
tepi atas tabung dan sentrifus selama 2 menit pada 2000 rpm
d)
Dituang larutan supernatan dan tinggalkan sedimennya.
Lalu ditambahkan lagi garam faal hingga hampir penuh dan sentrifus kembali
selama 2 menit pada 2000 rpm. Bila pada pencucian pertama ini supernatannya
sudah jernih, pencucian kedua ditiadakan
e)
Dibuang supernatannya dan dilarutkan sedimen
didasarnya dengan formalin 10% sampai mencapai setengah tabung
f)
Ditambahkan 3 mL etil-eter, sumbat dan kocok selama 30
detik. Hati-hati tekanannya akibat kocokan dapat berakibat sumbat terpental
daeri tabung
g)
Disentrifus selama 2-3 menit pada 2000 rpm. Setelah
disentrifus akan terdapat 4 lapisan yaitu : sedimen didasar tabung yang
mengandung parasit, lapisan formalin, di atas formalin terdapat lapisan berupa
kotoran tinja/lemak dan lapisan teratas adalah eter
h) Dibuang supernatan dengan hati-hati, satu atau dua tetes cairan yang tersisa dicampur dengan sedimen yang ada dan dibuat sediaan basah. Periksa di bawah mikroskop.
5. Interpretasi Hasil dengan Gambar
|
B.
Rangkuman
|
C.
Latihan soal
|
BAB VII
PEMERIKSAAN DARAH
PARASIT
A.
Tujuan umum
1) Mengetahui cara pembuatan
sediaan darah malaria
2) Memahami parasit Plasmodium sp. Yang menyebabkan malaria
3) Memahami cara diagnosis
malaria pada sediaan tebal dan tipis
4) Mengetahui Rapid tes malaria
sebagai salah satu cara diagnosis malaria
5) Mengetahui cara perhitungan parasit count pada sediaan darah positif
B. Tujuan khusus
1) Melakukan pembuatan sediaan
darah tebal dan tipis
2) Melakukan pewarnaan sediaan
tebal dan tipis dengan Giemsa 3%
3) Menjelaskan tanda khusus
stadium/bentuk tropozoit, skizon dan gametosit
4) Menjelaskan prinsip dan
interpretasi hasil rapid tes untuk diagnosis malaria
5) Memahami cara perhitungan
parasit pada sediaan darah tebal secara semi kuantitatif dan kuantitatif
C. Prinsip pemeriksaan darah
untuk parasit Plasmodium sp.
Plasmodium sp. merupakan
parasit yang menyebabkan malaria, parasit ini hidup dalam sel darah merah.
Ukurannya hanya beberapa mikron dan untuk mendeteksi plasmodium sp. dalam darah
perlu digunakan pewarnaan standar Giemsa.
Giemsa
merupakan zat warna yang terdiri dari eosin (pemberi warna merah pada sel darah
merah) dan metilin azur (pemberi warna merah pada inti parasit) serta methylin
biru (pemberi warna biru pada sitoplasma sel). Ketiga zat tersebut dilarutkan
dalam alkohol atau methanol ditambah gliserin dan dikenal sebagai larutan
Giemsa stock yang derajat keasamannya netral. Giemsa stock yang ingin digunakan
harus diencerkan dahulu dengan air / aquades / buffer untuk melarutkan elemen
zat warna giemsa secara homogen 45-90 menit. Elemen zat warna giemsa sebagian
akan mengendap dan sebagian lagi akan naik ke permukaan membentuk lapisan tipis
seperti minyak (goldes scum). Giemsa
stock tidak boleh tercemar air.
Rapid diagnostic test (RDT) bekerja
dengan mekanisme tes berdasarkan deteksi antigen parasit malaria yang lisis
dalam darah terhadap antibodi yang terdapat pada RDT melalui metode
imunokromatografi.
Perhitungan parasit (Parasit count) dilakukan pada sediaan darah tebal dengan tujuan
untuk mengetahui berat ringannya infeksi malaria pada seseorang yang dihitung
dalam 1 mm3 darah. Sediaan darah dinyatakan negatif / tidak ditemukannya
parasit jika minimum pada pemeriksaan 100 lapang pandang tidak ditemukan
parasit plasmodium (pada 10-20 leukosit pada setiap lapang pandang). Apabila
jumlah leukosit pada 1 lapang pandang terdapat 10 leukosit maka tidak termasuk
dalam lapang pandang yang dihitung.
Cara membaca sediaan darah tebal dimulai dari ujung kiri atas kaca benda kearah kanan dan seterusnya. Jika sudah ditemukan satu jenis spesies parasit pada sediaan darah, pemeriksaan harus melihat keseluruhan lapang pandang sediaan darah karena kemungkinan dapat ditemukan jenis spesies lainnya (mixed infection) dan dapat ditemukan beberapa stadium lainnya pada satu sediaan darah. Seperti contoh, bila ditemukan gametosit pada sediaan darah, artinya penderita malaria dengan stadium parasit yang lebih lanjut.
D. Materi Capaian Pembelajaran
1. Teknik pemeriksaan darah
malaria sediaan darah tipis
a) Materi capaian pembelajaran
1) Sifat pemeriksaan sediaan
darah tipis :
·
Lebih sedikit
darah dapat diperiksa dibandingkan dengan sediaan darah tebal
·
Morfologi parasit
lebih jelas, sehingga lebih mudah untuk menentukan spesies dan stadium parasit
· Perubahan eritrosit yang dihinggapi parasit dapat lebih jelas
2) Sifat pulasan sediaan darah
tipis yang baik :
·
Sediaan harus
tersebar rata dan bebas dari lemak dan garis-garis karena darah yang membeku
·
Ujung sediaan
jangan sampai ke pinggir kaca benda dan sebaiknya ujung sediaan berbentuk lidah
api
·
Sediaan darah
tipis terdiri dari satu lapisan eritrosit dan letak eritrosit berdempetan tidak
tumpang tindih
·
Eritrosit berwarna
merah lembayung muda
·
Leukosit tampak
jelas dan dapat dibedakan dengan granulosit, neutrophil, eosinophil dan basofil
dengan inti berwarna biru lembayung tua
· Trombosit berwarna lembayung muda
3) Sifat parasit Plasmodium sp.
pada sediaan darah tipis :
·
Perubahan
eritrosit yang dihinggapi tergantung dari spesiesnya
·
Morfologi parasit
tampak jelas, batas sitoplasma nyata
· Sitoplasma berwarna biru dan kromatin/inti berwarna merah
b) Alat dan bahan
1) Sediaan darah tipis
2) Larutan Giemsa (Giemsa stok
dan pengencernya)
3) Metil alkohol (metanol)
4) Air mengalir
c) Prosedur
1) Difiksasi sediaan darah dengan
metanol selama 1 menit dan dikeringkan
2) Diwarnai sediaan darah dengan
Giemsa 3% selama 30 menit (tergantung dari konsentrasi Giemsa yang dipakai)
3) Dicuci dengan air mengalir
secara perlahan –lahan. Giemsa tidak boleh dibuang terlebih dahulu, melainkan
harus dihanyutkan dengan air. Endapan yang terdapat dalam larutan tersebut akan
melekat pada sediaan darah hingga menyukarkan pembaca hasil
4) Dikeringkan dengan udara
5) Diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran 10 x 100
2. Teknik
Pemeriksaan darah malaria sediaan darah tebal
a) Materi Capaian Pembelajaran
1) Sifat pemeriksaan sediaan
darah tebal :
·
Darah yang
digunakan untuk pemeriksaan lebih banyak dibandingkan dengan sediaan darah
tipis
·
Jumlah parasit
lebih banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih
mudah ditemukan
·
Bentuk / morfologi
parasit tidak sama seperti pada sediaan darah tipis
·
Sediaan tidak
boleh terlalu tebal (kurang lebih 50µ)
· Sediaan harus bersih (tanpa endapan zat warna)
2) Sifat pulasan sediaan darah
tebal yang baik :
·
Stroma eritrosit
sebagai dasar sediaan berwarna lembayung merah muda
·
Inti sel darah
putih berwarna biru lembayung tua, granula dalam plasma biasanya tidak tampak,
hanya granula eosinofil yang berwarna merah
· Trombosit berwarna lembayung muda dan sering tampak berkelompok
3) Sifat parasit Plasmodium sp.
pada sediaan darah tebal :
·
Parasit tampak
lebih kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata
·
Titik maurier dan
titik zieman biasanya hilang sama sekali. Titik schufner sering dapat dilihat
sebagai zona merah
· Bentuk cincin sering juga tampak sebagai tanda seru / koma / burung terbang. Ketiga macam bentuk ini dapat dilihat terutama pada Plasmodium falciparum. Pada tropozoit yang sudah agak besar tampak pigmen, skizon terlihat jelas
b) Alat dan bahan
1) Sediaan darah tebal
2) Larutan Giemsa (Giemsa stok
dan pengencerannya)
3) Air yang mengalir
c) Prosedur
1) Sediaan darah tidak boleh terlalu
tebal dan diameternya kurang lebih 1 cm (dibuat dengan 5-6 kali putaran).
Sediaan tidak boleh difiksasi.
2) Sediaan darah diwarnai dengan
Giemsa 3% selama 20-30 menit (tergantung dari konsentrasi giemsa yang dipakai).
Sediaan darah yang sudah lebih dari 24 jam harus dihemolis terlebih dahulu
sebelum diwarnai
3) Dicuci dengan air mengalir
dengan sangat hati-hati, karena sediaan darah itu tidak difiksasi dan mudah
terlepas. Jaga supaya endapan jangan sampai melekat pada sediaan darah
4) Dikeringkan dan periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100
3. Teknik
Pemeriksaan darah Rapid Diagnostic Test
(RDT Malaria)
a) Materi
Capaian Pembelajaran
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen
parasit malaria yang lisis dalam darah terhadap antibodi yang terdapat pada RDT
melalui metode imunokromatografi.
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu :
1) HRP-2 (Histidine Rich
Protein-2) : antigen yang disekresi ke sirkulasi darah dari penderita P. falciparum
2) pLDH (pan lactate
dehydrogenase) : enzim yang dihasilkan oleh keempat spesies plasmodium yang
menginfeksi manusia
3) Pan Aldolase adalah enzim yang dihasilkan oleh keempat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia
b) Alat dan bahan
1) Paket RDT Malaria
2) Assay buffer
3) Pipet sampel / lancet /
alkohol pad
4) Darah kapiler
5) Tissue
c) Prosedur
1) Dibersihkan daerah / lokasi
yang akan ditusuk menggunakan alkohol pad dan biarkan mongering beberapa saat
2) Ditusuk dengan lancet lokasi
kapiler yang akan dijadikan sampel darah, kemudian sedot darah dengan pipet
sampel
3) Diteteskan 5 µL sampel darah
ke sumur bertanda “S”
4) Ditambahkan 3 tetes buffer ke
sumur “S”
5) Hasil uji dibaca pada menit
ke-25 jangan dibaca setelah lebih dari 30 menit
6) Dilihat hasil berupa munculnya garis berwarna merah – ungu pada posisi C (Control) dan T (Test) / 1 dan/ 2
4. Teknik
Pemeriksaan Plasmodium semi kuantitatif dan kuantitatif
a) Menghitung Jumlah Parasit
(Kuantitatif)
Jumlah parasit/µL
darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit (standar = 8000/µL). untuk
perhitungan parasit diperlukan 2 buah tally counter, satu untuk menghitung
parasit dan satunya untuk menghitung leukosit.
1) Bila pada 200 leukosit ditemukan
10 parasit atau lebih, dicatat hasilnya per 200 leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya
ditemukan 9 parasit atau kurang, lanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500
leukosit, dicatat hasilnya per 500 leukosit
3) Jadi jumlah parasit dalam 1µL
darah :
Jumlah parasit x 8000
Jumlah leukosit
4) Apabila penghitungan parasit
dilakukan terhadap 200 leukosit maka jumlah parasit dikalikan 40. Bila
perhitungan parasit dilakukan terhadap 500 leukosit, jumlah parasit dikalikan
16
5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara terpisah
b) Menghitung Secara Semi
Kuantitatif / sistem plus
Merupakan metode
yang lebih sederhana untuk menghitung parasit dalam SD (Sediaan Darah) Tebal.
Namun cara ini kurang memuaskan, hanya dilakukan apabila penghitungan dengan
metode kuantitatif tidak memungkinkan. System ini menggunakan kode 1+ sampai 4+
seperti di bawah ini :
1) 1+ = 1 sampai 10 parasit dalam
100 lapang pandang SD Tebal
2) 2+ = 11 sampai 100 parasit
dalam 100 lapang pandang SD Tebal
3) 3+ = 1 sampai 10 parasit dalam
1 lapang pandang SD Tebal
4) 4+ = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD Tebal.
E.
Interpretasi Hasil dengan gambar
|
F.
Rangkuman
|
G.
Latihan
Soal
|
Daftar Rujukan
Gandahusada S, Herry DI dan Wita P. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : FKUI, 2003
World Health Organization. 2010. Basic Malaria
Microscopic. Part 1. Learner’sguide. 2nd edition.
Hadidjaja, P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1990
Rawina, W. dan Inderia D. Penuntun Praktikum
Parasitologi. Jakarta : Poltekkes Kemenkes Jakarta III, 2014