PROSES PEMBEKUAN DARAH UPDATE
PROSES PEMBEKUAN DARAH UPDATE
Muhammad Arief Fadillah, S.ST., M.Kes
Darah sangat penting
hubungannya dengan kehidupan manusia karena merupakan bagian penting dari tubuh
manusia. Peranan manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat besar
kemungkinannya terjadi kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam, contohnya
tersayat pisau dan lain-lainnya. Ketika terlihat proses darah yang keluar, maka
selalu ada reaksi untuk proses menghentikannya dan apabila tidak teratasi,
kemungkinan yang terjadi dapat kehilangan darah yang berlebih sampai terjadinya
infeksi. (Durachim, 2018)
Gambar 1. Proses Vasa Darah yang Cedera
Terjadinya infeksi akan
timbul bila tidak ada kesadaran dari masing-masing individu manusia dalam
mengatasinya dengan kebersihan perorangan. Manusia wajib bersyukur atas karunia
tuhan dengan diberikannya kesempurnaan proses mekanisme dalam tubuh, seperti
pengendalian perdarahan (Hemostasis) dan pembekuan darah (Koagulasi). (Sofro, 2012) Hemostasis dan koagulasi adalah serangkaian
reaksi komponen yang sangat kompleks dalam pengendalian perdarahan melalui
pembentukan sel trombosit dan pembentukan bekuan benang fibrin pada tempat yang
terdapat luka atau cedera. (Ganong,
2013)
Gambar 2. Tahapan Hemostasis
B. Faktor Koagulasi Darah
Faktor koagulasi (pembekuan darah) adalah protein yang
didapatkan dari dalam darah (plasma) yang berfungsi sebagai proses koagulasi.
Protein yang dalam keadaan tidak aktif jika terjadi aktivasi (proenzim atau
zymogen), protein yang aktif (enzim) akan mengaktifkan rangkaian mekanisme
aktivasi berikutnya secara berurutan seperti buah tangga (kaskade) atau seperti
air terjun. Faktor koagulasi darah akan aktif dan bertujuan ketika terjadi vascular injury sehingga tidak terjadi
perdarahan yang berlebih. (Kiswari,
2014)
Menurut Umar dan Sujud pada tahun 2020, Proses
mekanisme Koagulasi atau pembekuan darah merupakan hal yang sangat kompleks.
Mekanisme tersebut dimulai apabila terjadi trauma akibat kecelakaan kerja
seperti sayatan benda tajam pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang
berdekatan pada darah atau bahkan bias terjadi pada kontaknya darah dengan sel
endotel yang rusak atau dengan kolagen dan unsur jaringan lainnya di luar sel
endotel pembuluh darah. Pada mekanisme tersebut menyebabkan pembentukan sistem
aktivator prothrombin yang selanjutnya akan mengubah prothrombin menjadi
thrombin dan menimbulkan seluruh rangkaian mekanisme berikutnya. Seperti pada
tabel berikut :
Faktor |
Nama |
I |
Fibrinogen |
II |
Prothrombin |
III |
Tromboplastin (faktor jaringan) |
IV |
Ca2+ |
V |
Proakselerin = globulin
akselerator (Ac-glob) |
VII |
Prokonvertin |
VIII |
Faktor antihemofilia, globulin
antihemofilia (AHG) |
IX |
Komponen tromboplastin plasma
(faktor christmas) |
X |
Faktor stuart-power |
XI |
Anteseden tromboplastin plasma
(PTA) |
XII |
Faktor Hageman |
XIII |
Faktor laki-lorand |
Tabel 1. Faktor Koagulasi Darah
Proses pembentukan benang fibrin yang digambarkan pada
tahapan hemostasis gambar 16.2. seperti fenomena air terjun atau seperti tangga
(kaskade), yang berarti aktivasi faktor awal akan mengaktivasi faktor
berikutnya yang disertai proses amplifikasi, sehingga molekul berikutnya akan
bertambah banyak. (D'Hiru, 2013)
Mekanisme koagulasi darah terbagi menjadi 2 (dua)
jalur utama, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Proses tersebut sangat
membutuhkan faktor-faktor koagulasi darah dengan jumlah sebanyak 13 (tiga
belas) faktor, yang dapat kita lihat pada tabel 16.1. dari kedua jalur tersebut
jalur yang dipakai disebut jamur umum atau bersama (Common Pathway).
Jalur ekstrinsik yang akan memulai terjadinya
mekanisme koagulasi darah ketika terjadinya trauma pada dinding pembuluh darah
dan jaringan sekitarnya, kemudian dilanjutkan mekanisme jalur intrinsic yang
berawal di dalam darah itu sendiri. Pada kedua jalur tersebut berbagai protein
plasma seperti beta-globulin menjadi kendali atau peranan utama bersama
faktor-faktor lain pada mekanisme koagulasi darah dan secara umum semua faktor
tersebut dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif apabila berubah
menjadi aktif kinerja enzimatiknya akan menimbulkan proses pembekuan
reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat. (Feng, 2014)
Gambar 3. Mekanisme Koagulasi Darah
C. Jalur Ekstrinsik
Jalur ekstrinsik diawali dengan produksi faktor jaringan (faktor III) yang secara mekanisme prosesnya lebih pendek dan cepat dan hanya memproduksi sedikit thrombin. Mekanisme ini berperan sebagai awal pembentukan aktivator prothrombin dimulai dengan dinding pembuluh darah yang rusak atau trauma dan mengundang langkah-langkah berikutnya, sebagai berikut :
1.
Pelepasan faktor jaringan
Jaringan atau dinding pembuluh darah yang luka melepaskan beberapa faktor yang disebut faktor tromboplastin jaringan. Faktor ini terdiri dari fosfolipid membran jaringan dan kompleks lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi faktor X dan faktor VII
Kompleks
lipoprotein dari faktor jaringan kemudian bergabung dengan faktor VII dan
bersamaan dengan datangnya ion kalsium, sehingga faktor ini bekerja sebagai
enzim terhadap faktor X dalam membentuk faktor X yang teraktivasi.
- Aktivasi faktor
prothrombin (faktor V)
Faktor
X yang telah teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid pada jaringan atau
dengan fosfolipid tambahan yang terlepas dari trombosit, begitu juga dengan
faktor V yang akan membentuk senyawa
aktivator prothrombin, kemudian senyawa ini akan memecah prothrombin
menjadi thrombin dab berlangsung proses mekanisme koagulasi darah. Pada proses
awal faktor V yang terdapat di kompleks aktivator prothrombin bersifat inaktif,
akan tetapi sekalinya proses koagulasi dimulai thrombin akan mulai aktif dan
terbentuk. Kinerja proteolitik dari thrombin akan mengaktivasi akselerator
tambahan yang banyak dan kuat dalam mengaktifkan prothrombin, sehingga pada
akhirnya faktor X yang telah teraktivasi sempurna yang akan menyebabkan
pemecahan prothrombin menjadi thrombin.
D.
Jalur
Intrinsik
Jalur
intrinsik diawali aktivasinya faktor XII yang telah memproduksi lebih banyak
thrombin yang dihasilkan dari aktivator prothrombin sebelumnya yang merupakan
awal proses sistem koagulasi dengan terjadinya trauma pada darah atau kontak
dengan kolagen pada dinding darah yang rusak, kemudian terjadinya beberapa
mekanisme reaksi yang bertingkat, seperti :
1. Aktivasi
faktor XII
Trauma
terhadap dinding darah atau kontaknya darah dengan kolagen pembuluh darah akan
mengubah 2 (dua) faktor koagulasi yang sangat penting dalam darah yaitu faktor
XII dan Trombosit. Apabila faktor XII sedang terganggu karena kontaknya kolagen
dengan permukaan dinding yang basah, maka akan berubah bentuk baru sebagai
enzim proteolitik yang disebut faktor XII baru yang teraktivasi. Pada saat yang
lain trombosit juga akan rusak ketika terjadi trauma terhadap darah akibat
bersentuhan dengan kolagen yang basah dan akan melepaskan fosfolipid trombosit
yang mengandung lipoprotein dengan mengaktivasi 3 (tiga) faktor selanjutnya.
2. Aktivasi
faktor XI
Faktor
XII yang bekerja secara enzimatik dapat mengaktivasi faktor XI dan merupakan
langkah selanjutnya dalam jalur intrinsik. Reaksi ini sangat memerlukan substrat
Kininogen HMW (Berat Molekul Tinggi) untuk mempercepat reaksi dengan bantuan
prekalikrein.
3. Aktivasi
faktor IX
Pengaktifan
faktor IX dilakukan oleh faktor XI yang teraktivasi dengan kinerja secara
enzimatik.
4. Aktivasi
faktor X
Peranan
faktor VIII dan IX sangat penting dan erat kaitannya dalam bekerja sama mengaktivasi
faktor X dengan fosfolipid trombosit dan faktor III dari trombosit yang rusak
sehingga dapat mengaktivasi faktor X.
5. Aktivasi
faktor V
Peranan
faktor V adalah mengaktivasi faktor X dalam pembentukan aktivator prothrombin.
Kompleks protrombinase mengubah prothrombin menjadi trombin, kemudian mengubah
fibrinogen menjadi fibrin dan membentuk sumbatan benang fibrin.
E.
Jalur Umum
atau Bersama
Dimulainya
jalur bersama ditandai dengan aktivasi faktor X melalui jalur intrinsik dan
ekstrinsik, faktor X merupakan protease pertama pada jalur bersama.
Terkativasinya Faktor X yang dibantu oleh faktor V dengan ion kalsium dan
fosfolipid dapat mengubah prothrombin menjadi thrombin, seperti diketahui bahwa
fungsi utama thrombin adalah mengkatalisis protealitisfibrinogen yang larut
dalam plasma menjadi fibrin polimer yang akan menahan aliran sel darah.
Ternyata
thrombin juga mengaktivasi faktor XIII yang akan mengubah faktor XIII baru dan
membuat perantara ikatan silang fibrin polimer dengan membentuk fibrin yang
stabil dan bersifat kurang larut. Thrombin juga dapat mengkatalisis pembentukan
kofaktor V dan kofaktor VIII baru sehingga terjadi koagulasi darah.
F.
Retraksi
Bekuan
Proses retraksi
bekuan (Clot Retraction) dimulai dari
apabila pembuluh darah yang rusak atau trauma, maka akan terjadi proses
koagulase darah, gumpalan darah yang terbentuk akan mengalami pemadatan sehingga
cairan terjebak pada gumpalan yang terbentuk. Retraksi bekuan ini berfungsi
untuk menilai fungsi trombosit akibat trombosit tidak mampu menjalankan fungsi
selama terjadinya faktor koagulasi atau bekuan atau adanya protein yang
mengganggu proses koagulasi.
Gambar 4.
Proses Retraksi Bekuan
Senyawa
yang dapat menghambat terjadinya koagulasi darah dinamakan antikoagulan.
Antikoagulan dapat bekerja dengan cara mengganggu pematangan protein faktor
koagulasi yaitu dengan adanya peran antagonis dari vitamin K seperti dikumoral,
selain itu juga ada antikoagulan yang bekerja dengan mengaktifkan antithrombin,
yaitu heparin dengan cara kerjanya menghambat kerja thrombin yang sudah aktif
dalam mengkatalis proses koagulasi darah.
Gambar 5. Antikoagulan
Meregulasi Koagulasi Darah
G. Fibrinolisis
Apabila
pembekuan darah sudah terbentuk secara sempurna, banyaknya gumpalan itu akan
menyumbat bagian pembuluh darah yang mengalami daerah cidera sekitarnya. Dalam
proses penyembuhan luka berhubungan dengan pembuluh darah yang akan dipulihkan
juga, sehingga gumpalan darah menumpuk dalam satu lokasi dan harus disingkirkan
dan dilenyapkan. Proses resorpsi penumpukan gumpalan dinamakan fibrinolysis
dengan bantuan kerja dari beberapa enzim, yaitu enzim proteolitik yang bernama
fibrinolysis atau plasmin.
Gambar
6. Antikoagulan
Meregulasi Koagulasi Darah
Benang
fibrin akan mengaktifkan beberapa faktor yang terdapat di dalam darah dan
jaringan, yaitu profibrinokinase yang akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin)
di dalam darah dan menon-aktifkan plasminogen (profibrinolisis). Plasmin
(fibrinolisin) adalah sebuah enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga
benang-benang fibrin yang tidak larut akan dipecah menjadi peptida kecil-kecil.
Pada
keadaan sehari-hari peristiwa fibrinolisis gumpalan darah ini bias terlihat
mudah pada permukaan luka yang biasanya luka tersebut tertutupi oleh gumpalan
darah dan kemudian mengering dengan lapisan kulit zat tanduk menjadi keropeng,
apabila keropeng ditekan maka cairan serum tidak berwarna terperas keluar. Keropeng
tersebut hari ke hari akan mengecil dan akhirnya akan terlepas dan pada bagian
dalamnya paling bawah akan digantikan oleh jaringan yang baru. Tindakan aseptik
dalam menjaga kebersihan luka sangatlah penting pada permukaan tubuh yang
terdapat luka, mengingat adanya sejumlah kuman yang mampu mengaktivasi plasmin
(fibrinolisis) dalam jumlah yang berlebihan, akibatnya gumpalan darah menjadi
rusak, sehingga kuman dapat masuk.
H.
Kelainan
Sistem Pembekuan Darah
1.
Kelainan Tingkat Pembuluh Darah
Kelainan
atau gangguan pada tingkat pembuluh darah disebabkan faktor kekurangan vitamin
C dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga
dapat membuat pembuluh darah rapuh dan mudah pecah, terutama pembuluh darah
kapiler. Akibatnya sangat mudah sekali terjadinya perdarahan.
2.
Kelainan Tingkat
Trombosit
Kelainan pada tingkat trombosit
disebabkan terjadinya penurunan jumlah trombosit, sehingga dapat mengakibatkan
penggumpalan darah. Faktor yang menyebabkan kelainan trombosit tersebut, bisa
dikarenakan berkurangnya jumlah megakariosit sebagai pembentuk sel yang berasal
dari sumsum tulang. Salah satu contohnyha adalah penyakit DBD (Demam Berdarah
Dengue) yang mengakibatkatkan penurunan jumlah trombosit yang sangat tajam pada
sel darah tepi, sehingga penderita DBD tiap saatnya dapat terancam oleh
bahayanya perdarahan.
3. Kelainan
Faktor Penggumpalan
Kelainan atau gangguan faktor
penggumpalan disebabkan oleh 3 faktor, yang pertama adalah kelainan genetik,
yang kedua kelaianan akibat rusaknya organ dan yang ketiga kelainan yang
disebabkan adanya masalah faktor proses sintesis. Contoh kelainan genetik
terdapat 2 jenis penyakit hemofilia, yaitu hemofilia A dan hemofilia B.
Hemofilia A disebabkan oleh
kelainan gen Tang yang menjadikan faktor VIII atau AHG (Anti-Human Globulin).
Meskipun gen tersebut terdapat di kromosom X namun sifatnya sangat resesif
sehingga laki-laki menjadi penderita dominan dibandingkan perempuan. Hemofilia
B disebut juga dengan penyakit Christmas atau kelainan faktor IX, gen tersebut
juga bersifat resesif pada kromosom X. Pada penyakit hemofilia A dan B
sama-sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk melakukan penggumpalan karena
defisiensi faktor koagulasi faktor VIII dan IX.
Vitamin K sangatlah penting dalam
sintesis beberapa faktor koagulasi karena disintesis natural oleh mikrobiota
usus dan membuat penurunan absorpsi lemak, apabila terjadi defisiensi vitamin K
dapat menyebabkan defisiensi faktor VII, IX, X dan prothrombin. Untuk terhindar
dari kelainan proses pembekuan darah disarankan banyak mengkonsumsi buah dan
sayur-sayuran yang banyak mengandung vitamin K. (Rofinda, 2012)
Durachim, A dan Astuti, D. 2018. Hemostasis. Jakarta : Kemenkes RI.
Ganong, W.F. 2013. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC.
M. Sofro, A. S. (2012). Darah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi
& Transfusi. Jakarta : Erlangga.
D'Hiru. 2013. Live
Blood Analysis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Feng, L., Ying Zhao, Hongcan Zhao dan Zhexin Shao. 2014.
Effect of Storage Time and Temperature on Coagulation Tests and Factors in
Fresh Plasma. Scientific Reports.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3902390/. diakses tanggal 16 Maret
2024.
Laga, A.C., Tracey, A., Cheves, MT., dan Joseph, D.S. 2006.
The Effect of Specimen Hemolysis on Coagulation Test Results. Coagulation and
Transfusion Medicine Specimen Hemolysis and Coagulation Testing. American Society for Clinical Pathology
2006; 126:748-755.
Lippi, G., Mario Plebani dan Emmanuel J.F 2013. Interference
in Coagulation Testing: Focus on Spurious Hemolysis, Icterus, and Lipemia. Seminars in Thrombosis and Hemostasis,
39 (03), 258-266.
Magnette, A., M. Chatelain, B. Chatelain, H. Ten Cate dan F.
Mullier. 2016. Pre-analytical Issues in the Haemostasis Laboratory : Guidance
for the Clinical Laboratories. Thrombosis
Journal. 14:49. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5154122/.
Diakses pada tanggal 27 Desember 2019.
Umar, I., & Sujud, R. W. (2020) Hemostasis dan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Journal of Anaesthesia and Pain, 1(2), 19-32.
Dia Rofinda, Z. (2012) Kelainan Hemostasis pada Leukimia.
Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 68-74. https://dio.org/10.25077/jka.vli2.40.
Biodata Penulis:
|
Muhammad Arief Fadillah, S.ST., M.Kes (Ulah Fadillah) lahir di Tangerang, pada 29 Juli 1991. Ia
tercatat sebagai lulusan Magister pertama dari satu-satunya Universitas di
Indonesia yang membidangi Ilmu Laboratorium Klinis yaitu Universitas
Muhammadiyah Semarang. Pria yang kerap disapa Arief ini mempunyai istri dan
tiga putri cantik. Saat ini ia aktif sebagai dosen Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Banten. Arief bukanlah orang baru di dunia
laboratorium kesehatan. Ia sudah mencoba semua perannya yaitu sebagai
praktisi medis dan sampai saat ini sebagai ahli dalam bidang laboratorium
infeksi yang dapat terlihat dari berbagai penelitian dan karya tulisannya. |